Melalui Inovasi Program CSR Berbasis Lingkungan, PT KPI RU Sei Pakning Tinggalkan Legacy yang Membanggakan - TARGET RIAU

Sabtu, 10 September 2022

Melalui Inovasi Program CSR Berbasis Lingkungan, PT KPI RU Sei Pakning Tinggalkan Legacy yang Membanggakan


(DUMAI) - Sebuah legacy atau warisan tidak mesti berupa sesuatu yang bersifat monumental. Legacy ada pada kebermanfaatannya yang luas dan dalam kurun waktu yang lama. Semakin luas jangkauan dan cakupan pihak-pihak yang mendapat manfaat, maka legacy semakin mempunyai nilai. Semakin lama rentang waktu kontribusinya maka legacy tersebut semakin mempunyai makna.

Kali ini, PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Refinery Unit (RU) Sei Pakning tinggalkan legacy membanggakan melalui program Corporate Social Responsibility yang dikembangkan. Tiga program inovasi sosial tersebut berhasil meraih penghargaan tertinggi dalam ajang Environmental and Social innovation Award (ENSIA) 2022, pada Rabu (7/9).

Penghargaan pertama kategori Platinum diraih untuk topik 3R Limbah Padat Non B3 dengan judul inovasi “Nozzle Gambut”. Penghargaan kedua kategori Platinum diraih untuk topik Inovasi Sosial dengan judul inovasi “Pengembangan Pertanian Hortikultura di Lahan Gambut”. Sedangkan raihan ketiga kategori Silver diraih untuk topik Inovasi Perlindungan Keanekaragaman Hayati dengan judul inovasi “Triangle Mangrove Barrier (TRIMBA)”.

Area Manager Communication, Relations, & CSR RU II, Nurhidayanto, mengatakan bahwa raihan ini merupakan persembahan manis untuk keberlanjutan lingkungan di masa depan yang tercipta berkat dukungan berbagai pihak, mulai dari pekerja hingga top management.

“Raihan ini tentu akan jadi pelecut semangat setiap pekerja di lingkungan PT KPI RU Dumai untuk terus menciptakan value yang akan terus diingat dan bermanfaat hingga masa yang akan datang,” ujar Nurhidayanto.

Nurhidayanto menjelaskan bahwa program Nozzle Gambut tercipta berkat inovasi memanfaatkan timbulan limbah besi bekas yang ada di PT KPI RU Dumai. Besi bekas tersebut kemudian dimodifikasi menjadi sebuah alat yang dapat digunakan untuk membantu proses pemadaman kebakaran terutama di lahan gambut.

“Inovasi ini memiliki value creation yang tinggi karena berhasil menjadi salah satu solusi dalam proses pemadaman kebakaran lahan gambut dimana sebagian besar daerah Riau khususnya Dumai dan Sungai Pakning merupakan lahan gambut yang rawan terbakar,” lanjut Nurhidayanto.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa program pengembangan pertanian hortikultura di lahan gambut merupakan program CSR yang dilandaskan pada revitalisasi ekosistem darat akibat bekas terbakar serta rehabilitasi lahan semak belukar dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui kegiatan pelestarian lingkungan, tanggap kebencanaan dan pemberdayaan masyarakat.

Inisiasi awal program ini, lanjut Nurhidayanto, dilaksanakan pada 2017 dengan sub-program bernama pertanian nanas terintegrasi yang berlokasi di Sei. Pakning. Kegiatan utamanya adalah mengolah lahan gambut seluas 0,5 Ha menjadi lahan pertanian nanas dengan modifikasi metode Polikultur Jajar Legowo (Poligowo).

"Saat ini, luas pertanian nanas terintegrasi sudah mencapai ±30 Ha. Keberlanjutan program ini telah mampu menghasilkan berbagai macam produk olahan nanas seperti keripik tepung, dodol, manisan dan sirup nanas dengan jangkauan pemasaran hingga ke Pulau Jawa," sebut Nurhidayanto

Tak sampai disitu, pengembangan program dilakukan dengan penanaman varietas tanaman serai wangi yang merupakan tanaman khan lahan gambut di wilayah pesisir laut. Tanaman ini dipilih karena merupakan salah satu jenis tanaman obat keluarga yang sifatnya tumbuh sepanjang tahun dengan metode perawatan yang tidak begitu sulit. Hingga saat ini, penanaman tanaman serai wangi diperluas dengan replikasi di 3 lokasi yaitu Kelurahan Sungai Pakning, Desa Batang Duku dan Desa Sukajadi. 

Kemudian di tahun 2022, keberlanjutan pengembangan pertanian hortikultura di lahan gambut dilakukan dengan mengembangkan pertanian tanaman sayuran dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di Desa Batang Duku seluas 2 Ha. 

Sedangkan untuk program Trimba didasarkan pada permasalahan abrasi yang terjadi di Desa Pangkalan Jambi sepanjang 115 meter, yang menyebabkan warga desa tersebut harus direlokasi.

Program penanganan degradasi lahan yang dijalankan dengan menggandeng Kelompok Nelayan Harapan Bersama ini mencakup inovasi pembuatan Alat Pemecah Ombak (APO) yang dinamai TRIMBA (Triangle Mangrove Barrier), penanaman mangrove, serta pengmbangan lokasi pesisir sebagai Mangrove Education Center (MEC).

Trimba dibentuk dengan pola segitiga sama sisi yang bertujuan untuk memecah ombak pasang pesisir dengan efektivitas hingga 30%. Pola Trimba ini juga dibuat miring agar dapat meredam hantaman ombak lebih baik.

“Dengan adanya Trimba, ombak yang menghantam pesisir bisa diminimalisir dan bibit mangrove dapat tumbuh subur. Pertumbuhan mangrove ini juga didukung oleh tangkapan sedimen Trimba.‎ Inovasi ini lebih murah dibandingkan inovasi APO lainnya, karena hanya memerlukan kayu Nibung sebagai bahan dengan biaya Rp. 100.000/meter Trimba,” jelas Nurhidayanto.

“Kami berharap ketiga penghargaan ini akan terus diingat sebagai warisan yang membanggakan, direplikasi, serta menimbulkan kebermanfaatan dengan cakupan yang luas dan panjang di masa yang akan datang,” tutup Nurhidayanto.

Environmental dan Social Innovation Award (ENSIA) merupakan ajang penghargaan atas inovasi program yang digelar oleh PT Sucofindo yang bertujuan untuk mengapresiasi pelaku usaha atas perannya dalam mengelola lingkungan dan memberdayakan masyarakat. Pada tahun 2022, ENSIA digelar pada Rabu (7/9) bertempat di Gumaya Hotel, Semarang.

Bagikan berita ini

Disqus comments